Latest News

Wednesday, July 26, 2017

Mengenal Sejarah Budaya Waria Dari Berbagai Negara



Model Waria yang sedang berpose dan mengenal sejarah budaya Waria dari berbagai negara

Lintasaktual - Waria atau Wanita-Pria merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk mengklarifikasikan seorang pria yang memiliki tingkah kemayu dan senang berdandan layaknya seorang wanita,meski sudah sejak berabad-abad tahun lalu,namun secara umum Waria,dianggap sebagai salah satu penyimpangan,karena itu mereka tak diakui sebagai gender yang sah,berbeda dengan halnya laki-laki dan perempuan yang diakaui oleh negara dengan gender yang sah,dengan pertimbangan Waria di banyak negara tak diakaui dalam klarifikasi gender apapun.

Akan tetapi meski begitu,karena keberadaanya yang sudah sejak zaman dahulu,ternyata dalam beberapa kebudayaan Waria telah memiliki tempatnya sendiri dan diakaui sebagai gender ketiga setelah pria dan wanita,Dalam kebudayaan dalam berbagai negara ini,Waria memiliki sebutannya sendiri dan biasanya telah diakaui oleh masyarakat disekitarnya,cerita dari beberapa kebudayaan unik inilah yang kali inilah yang akan di bahas oleh Lintasaktual.com dan di bagi kisahnya dalam Mengenal Sejarah Budaya Waria Dari Berbagai Negara.

Muxe - Meksiko



Muxe merupakan istilah kuno bangsa Meksiko yang digunakan untuk menggambarkan sebuah komunitas pria yang gemar mengunakan pakaian wanita dan gemar berdandan dan berkencan dengan pria heterozeksual,kata Muxe sendiri dikenal dari bahasa Zapotec yang berakal dari pada budaya bangsa Oaxaca yang berasal dari wilayah selatan Meksiko,dalam budaya bangsa Oaxaca Muxe yang diasumsikan sebagai gender dengan peran wanita secara tradisional baik itu dalam urusan rumah tangga atau sekedar penghibur,kebanyakan Muxe sendiri merupakan pria-pria yang gemar memakai pakaian wanita dan berhias dan berdandan,pada zamanya para Muxe biasa dijadikan pelampiasan cinta bagi mereka yang belum berkeluarga,namun meski begitu orang Meksiko percaya bahwa Muxe bukanlah golongan yang masuk dalam kategori LGBT.

Mereka percaya Muxe merupakan klarifikasi gender tersendiri yang merupakan bagian dari warisan budaya lokal milik nenek moyang mereka,halnya saja secara legalitas Muxe belum diakui sebagai salah satu gender resmi selain pria dan wanita pada hukum yang berlaku di Meksiko,namun begitu para Muxe bebas dan bekerja dan beraktifitas layaknya oran biasa,profesi yang di jalani seoran Muxe biasanya  meliputi pengrajin,pengrajin,penenun,penyulam dan kadang juga pendekor altar gereja,mereka juga diperbolehkan untuk menikah baik itu dengan pria maupun wanita.

Kathoey - Thailand


Thailand dan Waria merupakan salah satu yang tak bisa dipisahkan dengan budaya Thailand,sudah sejak lama masyarakat negri berjuluk Gajah Putih ini mengakui salah satu gender,dengan istilah ladyboy atau dalam bahasa lokal yang disebut dengan Kathoey,Waria di Thailand juga tergolong aktif dalam kehidupan bermasyarakat,mereka biasanya hampir mengisi segala post pekerjaan tanpa khawatir akan medapat penolakan.

Secara fisik Kathoey sebenarnya terlahir sebagai pria pada umunya,hanya saja mereka memilih untuk berganti kelamin dengan melakukan berbagai operasi plastik  agar bisa menyerupai wanita,saat sudah melakukan tranformasi ini,Waria Thailand biasanya akan sulit dibedakan dengan wanita pada umunya,Kecantikan waria Thailand ini bahkan sudah diakaui oleh dunia dengan seringnya konstestan Waria di Thailand yang memenangkan kontes kecantikan transgender di dunia,Tapi anehnya meski belum secara umum sudah diterima oleh masyarakat,secara umum pemerintah Thailand belum mengakui Kathoey,sebagai salah satu klarifikasi gender yang resmi.

Hijra - India



Meski tak banyak orang yang tahu bahwa sejak tahun 2014 yang lalu,pemerintah India telah memberlakukan sistem 3 gender dalam sistem hubungan mereka,selain pria dan wanita di India kini telah ada satu gender lagi yaitu Hijra,istilah Hijra dalam bahasa India kurang lebih bisa diartikan sebagai 'Eunuch' atau Hemaprodit (istilah ilmiah untuk kelamin ganda) dalam bahasa Inggris,istilah ini digunakan karena seorang Hijra biasanya adalah orang yang secara fisik lahir sebagai pria,namun dalam hal perkembanganya cenderung memiliki sifat yang layaknya wanita.

Saat telah memasuki usia dewasa,seorang Hijra biasanya akan melakukan sebuah acara upacara bernama'Nirwaan' sebuah proses dimana para Hijra akan menghilangkan penis,testi,dan skrotum yang mereka miliki dalam sebuah perayaan,di India sendiri selain Hijra sebenarnya masih ada beberapa istilah lain untuk megklarifikasikan pria-pria gemulai ini dimulai dari Avarani,Aruvani hingga Jagapapa,Tapi meskipun secara resmi dimata hukum,Karena itu kebanyakan Hijra pada dasarnya memang memiliki ketertarikan fisik terhadap laki-laki biasanya akan berkerja di lokalisasi setempat untuk menjadi wanita penghibur dalam acara perayaan.

Fa'afafine - Samoa



Bangsa Samoa dikenal sebagai bangsa petarung yang kuat baik di darat maupun dilaut,Namun meski begitu ternyata salah satu bangsa kuno ini ternyata juga menganut 3 sistem gender,menurut sejarah konon nenek moyang orang Samoa yang disebut sebagai Pre-Christian Samoa,percaya bahwa setiap insividu pasti memiliki peran gender yang berbeda yang diklarifikasikan sesuai dengan sifat bukan fisik,karena itu selain pria dan wanita,terdapat pula kategori gender lain yaitu Fa'afafine,bagi orang Samoa Fa'afafine,merupakan klarifikasi gender ke 3 yang merujuk pada seorang anak lelaki yang lahir dengan tubuh pria namun sifat feminimnya justru lebih menonjol.

Keberadaan Fa'afafine sendiri bagi orang Samoa bukanlah hal yang tabu,karena merupakan bagian dari budaya nenek moyang mereka,dalam budaya Samoa seseorang bebas untuk menjalani kehidupan seperti apa yang mereka inginkan dan orang lain juga menghormati pilihan seseorang termasuk diantaranya dalam urusan yang dipilih,hal ini bahkan diajarkan sejak dini pada generasi muda Samoa yang diajarkan untuk memilih toleransi yang tinggi bahkan dengan mereka yang telah memilih gender yang tak biasa seperti Fa'afafine,hanya saja jangan membayangkan bahwa konsep Fa'afafine ini sama dengan kaum transgender dan homozeksual yang ada di Eropa dan Amerika,karena Fa'afafine murni hanyalah bagian dari budaya dan tak ada hubungannya dengan unsur zeksualitas.

Bissu,Calalai Dan Calabai - Bugis,Indonesia



Meski sudah banyak ditemukan di kota-kota besar lainnya,hingga saat ini Waria masih saja menjadi hal yang masih sangat tabuh bagi masyarakat Indonesia pada umumnya,Keberadaan waria ini sering kali dihubungkan dengan penyakit masyarakat maupun penyimpangan sosial yang terjadi seiring dengan laju perkembangan jaman,Tapi meski begitu sebenarnya terdapat kebudayaan lokal Indonesia yang menjadikan Waria sebagai sentralnya,kebudayaan tersebut berasal dari suku Bugis di Sulawesi yang bahkan memiliki klarifikasi gender hingga lima golongan,selain pria dan wanita,ada juga Bissu,Calalai (tomboi),dan Calabai (waria),''Nah khusus untuk Bissu ini mereka memiliki kedudukan istimewa karena merupakan figur spiritual yang konon dapat menghubungkan manusia dengan dewa.

Dalam kepercayaan orang Bugis,Bissu dianggap sebagai kombinasi antar gender yang cukup istimewa karena mereka dianggap sebagai orang yang berada pada posisi netral diantara lima gender yang ada,klarifikasi Bissu sendiri biasanya merupakan seorang yang terlahir sebagai pria namun memiliki kepribadian wanita,hanya saja biasa seorang Bissu sudah tidak memiliki ketertarikan pada hal-hal duniawi semacam sex dan lainnya,hal serupa juga berlaku dengan Calalai dan Calabai  yang biasanya hanya mengacu pada sifat seseorang,Calalai sendiri merupakan seorang wanita yang memiliki kebiasaan dan prilaku seperti seorang laki-laki,namun mereka tak berniat untuk menjadi laki-laki,seorang Calalai hanya tertarik pada hal maskuli dan senang melakukan pekerjaan pria seperti menjadi pekerja di industri logam,Sedangkan Calabai adalah kebalikan dari Calalai yaitu seorang pria yang memiliki sifat seperti wanita atau feminim,Seorang Calabai biasanya akan berperan dalam urusan dapur dalam persiapan pesta layaknya seorang wanita.

Dan itulah beberpa kebudayaan di dunia yang mengakui adanya sistem gender ke 3,Masalah benar atau salahnya praktik yang dianut oleh budaya-budaya ini,semua tentu tergantung pada pemikiran masyarakat tersebut,sebagai orang luar kita hanya bisa menghargai kebudayaan kuno tersebut tanpa turut ikut campur dengan sejarah yang ada.

Ditulis Oleh -  Dirga Lintasaktual

No comments:

Post a Comment